Thursday, August 26, 2010

Embun Pagi Muara Muntai


18.30 wite Akhirnya kapal Barokah yang membawa kami, Rombongan Peserta bakti Kerja Mahasiswa FKIP 2010  merapat dipelabuhan Muara Muntai,, perjalanan yang melelahkan tapi Aq yakin ini akan jadi BKM yang sangat mengesankan, apalagi tahun depan aku sudah semester 8, sulit untuk bisa ikut andil sebagai panitia karena harus fokus dengan skripsi,

Walaupun tahun ini aku kebagian porsi sebagai konsumsi, tugas berat buatku tapi tak apalah demi FKIP.Aku tetap semangat mengikuti BKM yang merupakan bentuk kecil dari pengabdian seorang mahasiswa terhadap masyarakat.
“ heyyy,, hayooo ngelamun aja terus” bisa ku tebak suara khas itu pasti suaranya Nilam. Aroma parfum Malaikat Subuh yang dipakainya menggelitik penciumanku.
“mikirin pacar ya kak, masa baru hari pertama BKM udah kangen hahaha” seloroh nilam yang ku sambut dengan senyum kecut.
“ haha,, enak aja,, sapa yang melamun,, laper ne de, masih ada makanan gak ya..” tanyaku

“yaahh udah pada ludes kak,, kalo kaka mau ntar nilam masakin mie goreng gimana.. mau gak??
“hoho mau banget.. dengan senang hati haha” jawabku sambil tertawa ngakak
BKM ini membuatku lebih akrab dengan beberapa junior, termasuk Nilam, Padahal sebelum ini bertegur sapa pun kami tak pernah, Maklum kata orang aku ini agak sedikit sombong.
 “treng treng.. mie goreng ala nilam siap disantap, selamat menikmati” Nilam datang dengan 2 piring mie ditangannya, perutku semakin keroncongan mencium aroma mie itu..
“kamu bener jago masak ya de” ucapku sambil mengunyah mie  dimulutku
“ Ibu yang ngajarin aku, Ibuku itu hebat kak,, bisa apa aja,,penuh kasih, lembut, cantik lagi,, pokoknya My mom is the best lah” kelakar Nilam
Lagi lagi Nilam menyanjung Ibunya, entah ini cerita yang kesekian kali Nilam menunjukkan kekaguman dan besar Cintanya kepada Ibunya. Dan setiap kali Nilam menyebut nama ibu setiap itu pula badanku gemetar menahan geram..

“ohya kak,ibunya kakak gimana..?masih ada..? pertanyaan Nilam nyari membuatku tersedak,,
“ sudah gak ada” jawabku pelan,,
“udah lama ibunya kak Gilang meninggal..?” tanya nilam lagi
“ehh.. 7 tahun yang lalu ‘ jawabku,, yahh mudahan saja wanita yang seharusnya ku panggil ibu itu benar benar sudah meninggal.
“oh,,, tapi pasti disurga, ibunya Kak gilang sangat bangga  punya anak sehebat kakak.” Kata kata Nilam nyaris memburai kristal bening dimataku,

Mengenang seorang ibu adalah hal yang sangat menyakitkan dan ku benci..
Peristiwa 7 tahun lalu ketika aku yang masih duduk dikelas 3 SMP tepat menjelang aku harus menghadapi ujian nasional, dan saat itulah aku harus menghadapi kenyataan kehancuran Keluargaku karena kejahatan Dia, yang kami panggil ibu,
Tidak akan mampu ku maafkan rasanya, setelah kami mengetahui perselingkuhan Ibu dengan Aldi, Pacar Kak Riska,anaknya  sendiri, lalu ketika Ibu justru memaki maki ayah karena kelumpuhan Ayah yang tidak mampu bekerja lagi ,, kemiskinan ayah
“ Ingat paa. Aku yang mengangkatmu dari kotoran,, dari sampah” maki Ibu dan andai ayah masih bisa berdiri, pasti ayah akan menampar kelancangan ibu waktu itu,
Terlalu menyakitkan setiap kali ku ingat ketika Aku dan kak Riska menemukan Jasad Ayah terbujur kaku dengan Mulut berbusa karena Racun serangga yang di tenggaknya, ayah bunuh diri di dalam kamarnya  dengan membawa sakit hati karena perlakuan Ibu,
Masih juga ku ingat ketika Kak Riska harus dibawa kerumah sakit jiwa, Kak Riska yang selama ini paling mengasihi Ayah tak kuat menerima kenyataan ini, kenyataan kejamnya Ibu kami yang tega berselingkuh dengan pacarnya sendiri, Kematian ayah, hingga akhirnya Kak Riska menjadi Gila, sampai hari ini......
Kenyataan yang nyaris membuat hidupku remuk, hingga aku harus menanggung bebab hidupku sendirian,,
Syukur kata orang aku termasuk anak yang cerdas, hingga aku mampu bangkit dari kertepurukan dan melanjutkan pendidikanku hingga ke jenjang kuliah  dengan bekerja sebagai penulis tetap di sebuah majalah Remaja, lumayanlah bila dimuat, honornya bisa untuk biaya makanku sebulan, sembari bekerja serabutan di sebuah swalayan dikotaku,,
Yaahhh hidup adalah perjuangan, meski berat, inilah kehidupanku, yang kuharap bisa tetap ku maknai dengan rasa syukur.

“kak gilang,, ini jaket kakak kemaren, thanks ya udah dipinjamin” suara Nilam membuyarkan lamunanku.
“iya.. taruh aja di atas tas ku” sahutku tanpa beranjak dari anjungan kapal barokah. Kulihat nilam berjalan menuju kearahku.
“wahh pantas betah duduk disini, anginnya segar, banyak lagi cewek yang lewat,, ehmm bisa kecantol cewek Muara Muntai ne” godanya
“haha.. ngaco aja kamu,, ga ah.. ga ada itu istilah pacaran” balasku.
“hehe,, oya kak,, saya mau pamit ni, malam ini terpaksa saya pulang duluan” ujarnya
“lho kok gitu,, kan BKM masih 1 hari lagi de, “ ujarku sambil mengernyitkan kening
“iya kak, tapi tadi ada kabar, salah satu anak asuh ibu di panti asuhan, ada yang menikahl, kasihan ibu kalo saya ga pulang” jawabnya pelan..
“Ibu pasti akan sangat sibuk, karena Ibu itu sangat menyayangi semua anak2 di Panti seperti anak sendiri”
Aku Cuma tersenyum getir, seandainya Ibuku seperti Ibunya Nilam, penuh kasih sayang dan ketulusan, Mungkin sampai hari ini keluargaku masih utuh.
“Astagfirullah..” gumamku pelan menyadari tak semestinya aku berandai andai untuk takdir yang sudah ALLAH tentukan pada keluargaku.
“trus kamu pulang pake apa? Tanyaku sambil melirik kearah Nilam
“nanti Ibu yang jemput dengan supirnya,Ntar kakak \Nilam kenalin ya,, Ibuku ramah kok,, dan aku juga sering cerita dengan Ibu tentang kak Gilang” jawabnya.
“hahh.. cerita apa aja kamu,, awas ya kalo yang jelek jelek “ candaku
“haha gak lah kak, yang baik baik donk.
Tapi jangan GR, aku gak cuma cerita tentang kakak, tapi semua panitia yang lain” timpalnya
“oh,,syukur dech,, ntar Ibu kamu bisa NgeFans ma aku” kelakarku
“haha memang Kakak tu Artis... ya ya... pemain OVJ,, Awas Ada Sule.. prikitiw.. hahaha” ucap Nilam sambil berlari kedalam kapal menghindari Jitakan yang nyaris ku layangkan ke kepalanya.






17.30 Wite, selesai mandi badanku benar benar terasa segar, setelah dihajar kewajiban memasak menyiapakan makanan untuk peserta BKM yang hampir berjumlah 200 orang..Ku pakai jaket ku yang tadi siang dikembalikan Nilam,
Semerbak Parfum Malaikat Subuh menyeruak dari jaketku, wangi parfum yang dulu kerap dipakai Kak Riska,, Yang sering membuat Kak Riska dongkol karena aku yang tidak pernah membeli parfum sering menghabiskan Parfumnya,, Kini.. Wangi parfum yang nyaris 7 tahun tidak pernah ku cium, tercium lagi dari jaketku, dari parfum Nilam..
“kak ayo temanin ngantar makanan ke basecamp putra” teriak Nilam..
“okey..sebentar boss..”sahutku..
Kami pun menyusuri jembatan yang terbuat dari kayu ulin yang terhampar sebagai jalanan di desa Muara Muntai ini.
“jam berapa ibumu sampai kesini de?” tanyaku sambil tetap berjalan kearah basecamp putra yang berjarak sekitar 50 meter dari kapal kami.
“ mungkin sekitar jam 7 kak, soalnya tadi berangkat dari samarinda sekitar jam 2 siang” sahut Nilam
Sesampai dibasecamp kami langsung membagikan jatah makanan kepada para peserta,
“sabar woy sabar” seruku melihat Peserta yang saling berebut mungkin karena memang sudah kelaparan.
“kak,, dari kemaren kok kalo bagi makanan, berdua terus dengan kak nilam..ehmm..ehm.. ada apa ini” seloroh seorang peserta, ku lihat nama nya  ‘ARIF” di ID card yang tersemat di bajunya.
“ayoo ..katanya ada TATib dilarang pacaran selama BKM” sambungnya disambut tawa dari peserta yang lain. Kulihat wajah Nilam memerah, sambil tersenyum simpul
Rese ne anak,ga ada itu pacaran, kita ni profesional sebagai panitia” jawabku dengan sok tegas untuk menjaga wibawaku sebagai panitia.
“udah cepat makan, habis ini kita agenda Materi kemahasiswaan” Sambungku
Selesai membagikan makanan, kami para seksi konsumsi duduk santai di sudut dermaga, sembari mengupas bawang dan membersihkan sayuran untuk preapare menu sarapan peserta esok pagi.
Nothing wrong with this dress I wear
Nothing wrong with this smile I dare
Nothing wrong with my long black hair
It’s all in your mind, in your mind”
terdengar alunan lagu IN Your Mind-nya Anggun dari Ring tones hape Nilam berdering.
“assalamualaikum, halo bu” nilam mengangkat panggilan masuk tersebut
“oh..iyakah..udah dekat,, dimananya.?? basecamp kami di sebelah Aula desa bu..” sambungnya
“oh..iya mobil memang gak bisa bu,, iya..iya…oh jadi pake ojek dari Rebak Dinding nilam tunggu ibu… assalamualaikum” nilam mengakhiri pembicaraannya
“ibu sudah dekat kak, katanya sudah di sampai didesa Rebak Rinding,terpaksa naik ojek kesini mobil ditinggal di seberang”ujar Nilam kepadaku dan teman teman panitia yang lain.
Wah paling sekitar 5 menit lagi udah sampai sini” sahut  ku
Terlihat ketidak sabaran diwajah Nilam bertemu dengan ibunya yang sangat dibanggakannya. Akupun sebenarnya lumayan penasaran seperti apa sich wanita yang begitu diagungkan Nilam itu.
“ehmm.. enak ya bisa pulang duluan,, kita masih 1 hari lagi masak buat peserta” ucapku mencoba mengisi kesunyian.
“haha.. terpaksa kak.. tapi kan ntar dikampus kita ketemu juga.”sahut Nilam
“iya sech..tapi kan ga ada lagi juru masak yang paling jago dikonsumsi” balasku disambut senyum nilam
“haha..lebay…dasar alay kau kak, bilamg aja pasti kangen sama Nilam ”selorohnya.
4 sepeda motor berhenti tepat didepan basecamp putri yang berjarak beberapa meter dari dermaga dimana kami berkumpul.
“ibuu..”seru Nilam sambil setengah berlari menuju ke arah wanita paruh baya yang baru saja datang. Kami Cuma tersenyum dari kejauhan membiarkan Nilam melepas kerinduan dengan ibundanya tercinta. Lalu mereka berjalan menuju kearah kami
“teman teman kenalin ini Ibu saya” seloroh Nilam
“Ibu, ini teman teman Nilam, Mereka ini Panitia yang Luar Biasa, Nilam banyak belajar dari mereka. Yang ini namanya kak Gilang, yang sering Nilam ceritakan” sambungnya dengan senyum ceria
Ketika mataku menatap jelas wajah wanita paruh baya itu, Jantungku nyaris terasa terhenti.
 “Fendi…” suara wanita itu bergetar,dan aku hanya mematung meski telingaku mendengar jelas wanita itu memanggilku dengan nama kecilku. Gilang Affendi
“Fend” Ulang wanita itu sambil melangkah kearahku, tangannya mencoba mengusap wajahku.
“jangan sentuh aku..” teriakanku menggema di tengah suasana yang tiba tiba hening
“fend,, maafkan ibu fend,, ampuni ibu” suara Wanita itu semakin bergetar seiring tangisnya yang telah meledak.
“jangan sentuh aku,, aku tidak punya ibu, ibuku sudah mati” jeritku kala wanita itu tetap mencoba mendekat kearahku.
“Fend, Ampuni kesalahan ibu,, ibu mohon nak “ wanita itu seakan meraung dengan isak tangisnya. Dan aku tetap menatapnya penuh kebencian.
“Jangan sentuh aku, aku gak punya ibu sejahat kamu,,kamu yang bikin keluarga kita hancur, karena kamu ayah bunuh diri,karena kamu kak risna Sakit jiwa.. karena kamuuuu..” bentakku geram dengan tangis yang juga tak bisa kubendung
“feend,,ampuni ibu..ampuni ibu ..” ratapnya
“kamu maju selangkah lagi, aku gak segan segan menusukkan pisau ini keperutku. Lebih baik aku mati daripada kamu sentuh,,aku gak punya ibu seperti kamuu” bentakku dengan Tangan gemetar menggenggam pisau, terpacu emosi yang menghamburkan air mataku.
“fend…. Fend.. istigfar fend..” teman teman mencoba menenangkanku..Ekor mataku melihat mereka mencoba merampas pisau yang ku genggam. Namun tanganku bergerak lebih cepat..
Perutku terasa dingin seiring darahku yang tersembur, pandanganku mendadak gelap, tak ada lagi yang ku lihat,
Hanya memori 7 tahun yang lalu, ketika aku menemukan jasad ayah yang terbujur kaku dengan mulut berbusa, ketika menyaksikan kondisi kak Risna yang kehilangan ingatannya. Dan itu semua karena wanita itu, Ibuku..



Kulihat wajah teman teman panitia BKM  disekilingku, ketika ku tersadar, Perih diperutku yang kini terbalut perban  sangat terasa.
“Alhamdulillah kamu sudah sadar gilang” gumam mereka, haru masih menyelimuti pagi Desa Muara Muntai ketika mereka menyodorkan surat yang dititipkan Nilam untukku..


Kak gilang.. Nilam pamit bersama Ibuku (Ibu kita). Buat kakak mungkin menyakitkan, tapi untuk Nilam sangat bahagia memiliki kakak seperti kak gilang, meski Nilam Cuma dipungut oleh Ibu dari jalanan..
Setelah ini mungkin kita tidak akan bertemu lagi, tapi satu hal yang ingin Nilam sampaikan ; bahwa ibu benar benar menyesal sudah menyia nyiakan keluarganya dulu termasuk kak Gilang, sesal itulah yang membuat ibu menyayangi semua orang termasuk kami, ratusan yatim Piatu yang dipeliharanya dipanti asuhan.
Semoga tuhan merahmati kita atas takdir yang terjadi dimasa lalu hingga esok nanti
Nilam


Wangi parfum Malaikat Subuh masih semerbak dari jaket yang membalut tubuhku. Kristal bening dikelopak mataku masih terus menetes ketika ku mendekap surat itu bersama embun pagi yang menyelimuti  Muara  Muntai..


THe ENd


0 comments: